Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Pada suatu hari, ada seorang pengusaha besar yang sedang membuat lelucon di panggung tempat ia berdiri, kemudian ia pun membuat sebuah lelucon yang lucu dan penonton pun tertawa dengan bahagianya.
Kemudian, pada waktu yang sama, jam yang sama, ia pun membuat lelucon yang sama pula, dan hanya sedikit penonton yang tertawa, karena menurutnya lelucon itu sudah pernah diulangi oleh pengusaha itu.
Dan pada yang ketiga kalinya, pengusaha itupun membuat lelucon yang sama pada waktu pertama kali dia buat lelucon, dan tidak ada penonton pun yang tertawa.
Kemudian pengusaha ini tertawa dan berkata "Bila kalian tidak bisa tertawa berulang pada lelucon yang sama, namun mengapa kalian selalu menangis pada hal yang sama?"
Tentang bertahan.
Tentang siapa yang kebal akan janji.
Janji yang lebih buruk dari sebuah kebohongan.
Ketika janji terucap, bukan hanya membuat mereka percaya terhadap janji, tetapi juga membuat mereka berharap akan janji.
Itulah dasarnya mengapa banyak orang yang berharap.
Berharap kepada ketidakpastian.
Berharap kepada hal yang sudah jelas tidak bisa ia miliki.
Berharap kepada sesuatu yang tidak mungkin.
Berharap dengan apa yang sia-sia.
Berharap dengan semua khayalan.
Tentang bertahan.
Ada seorang pria yang sedang bermain layangan, tanpa disadari, layangan itupun putus disaat sudah diterbangi dengan ketinggian yang maksimal.
Kemudian setelah layangan itu putus, pria itu bertanya kemana arah layangan yang putus itu pergi.
Nyatanya, mengapakah sejumlah orang selalu menanyakan hal-hal yang sudah dibiarkanya pergi?
Didalam baik dan buruknya setiap harapan, terkandung kemungkinan yang bisa mengubah makna keduanya. Tidur tidak selamanya berbaring. Berdiri tidak selalu tegak.
Fatalnya, masih banyak orang yang tabah bertahan apalagi berharap. Mereka tahu bahwa cinta bukanlah takdirnya, dan cinta cukuplah mencintai dari kejauhan.
Life is about creating balance, not supressing your good and not supressing your bad, for one can't exist without the other, embrace them equally. -Lita_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar