Selasa, 27 September 2016

Tentang Siapa yang Bertahan dan Siapa yang Berharap

Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Pada suatu hari, ada seorang pengusaha besar yang sedang membuat lelucon di panggung tempat ia berdiri, kemudian ia pun membuat sebuah lelucon yang lucu dan penonton pun tertawa dengan bahagianya.
Kemudian, pada waktu yang sama, jam yang sama, ia pun membuat lelucon yang sama pula, dan hanya sedikit penonton yang tertawa, karena menurutnya lelucon itu sudah pernah diulangi oleh pengusaha itu.
Dan pada yang ketiga kalinya, pengusaha itupun membuat lelucon yang sama pada waktu pertama kali dia buat lelucon, dan tidak ada penonton pun yang tertawa.
Kemudian pengusaha ini tertawa dan berkata "Bila kalian tidak bisa tertawa berulang pada lelucon yang sama, namun mengapa kalian selalu menangis pada hal yang sama?"
Tentang bertahan.
Tentang siapa yang kebal akan janji.
Janji yang lebih buruk dari sebuah kebohongan.
Ketika janji terucap, bukan hanya membuat mereka percaya terhadap janji, tetapi juga membuat mereka berharap akan janji.
Itulah dasarnya mengapa banyak orang yang berharap.
Berharap kepada ketidakpastian.
Berharap kepada hal yang sudah jelas tidak bisa ia miliki.
Berharap kepada sesuatu yang tidak mungkin.
Berharap dengan apa yang sia-sia.
Berharap dengan semua khayalan.
Tentang bertahan.
Ada seorang pria yang sedang bermain layangan, tanpa disadari, layangan itupun putus disaat sudah diterbangi dengan ketinggian yang maksimal.
Kemudian setelah layangan itu putus, pria itu bertanya kemana arah layangan yang putus itu pergi.
Nyatanya, mengapakah sejumlah orang selalu menanyakan hal-hal yang sudah dibiarkanya pergi?
Didalam baik dan buruknya setiap harapan, terkandung kemungkinan yang bisa mengubah makna keduanya. Tidur tidak selamanya berbaring. Berdiri tidak selalu tegak.
Fatalnya, masih banyak orang yang tabah bertahan apalagi berharap. Mereka tahu bahwa cinta bukanlah takdirnya, dan cinta cukuplah mencintai dari kejauhan.



Life is about creating balance, not supressing your good and not supressing your bad, for one can't exist without the other, embrace them equally. -Lita_

Kamis, 21 Juli 2016

Tentang Prioritas

Suatu keadaan yang mengesampingkan hal-hal tertentu dengan ketidakpastian. Keadaan yang sering berputar, seakan-akan adanya suatu ketidakmungkinan yang dapat menjamin dua hal yang berbeda bisa disatukan dengan mudahnya.
Bicara tentang prioritas. Bicara tentang menomorsatukan.
Prioritas.
Ya.
Sering disalah-artikan bahwa prioritas bisa untuk 2 hal. Inilah fatalnya.
Prioritas berbicara tentang siapa yang dinomorsatukan. Selain daripada prioritas itu sendiri, terpaksa harus dinomorduakan atau dengan kata lain dikesampingkan.
Lantas, apakah hal yang bukan di prioritaskan itu tidak penting?
Sering muncul beberapa argumensasi dari banyak kalangan bahwa sesuatu yang tidak menjadi prioritas adalah hal belakang dengan makna lain "tidak begitu dipentingkan".
Bicara tentang prioritas. Bicara tentang angka 1.
Angka 1 adalah angka egois. Angka yang berarti. Bila angka-angka yang lain dapat berdiri tanpa angka 1, maka nominalnya dicap sedikit bahkan dianggap tidak berarti.
Angka 1 juga adalah angka yang dapat memulai angka-angka yang lain. Mungkin saja, angka-angka yang lain tidak dapat disebutkan atau bahkan diingat jikalau angka 1 tidak disebut atau diingat pertama kali.
Sama halnya dengan prioritas.
Namanya juga prioritas, dengan otomatis segala sesuatu yang sudah disebut prioritas berarti itulah yang dinomorsatukan. Tanpa prioritas, mungkin hal-hal yang lain tidak mungkin bisa di follow-up kecuali di prioritaskan.
Bicara tentang prioritas. Bicara tentang hal yang dianggap penting dan yang tidak.
Sulit membedakan antara mana yang dianggap penting dan yang tidak. Bila kedua hal itu dianggap sama-sama memiliki makna dan arti yang sangat penting, lantas hal yang mana dulu yang harus di prioritaskan?
Sekali lagi mengapa harus ada keprioritasan?

Terkadang kita lupa bahwa segala sesuatu yang kita prioritaskan belum tentu memprioritaskan kita juga, jadi pada dasarnya, bila kita tau bagaimana cara kita untuk bersikap, kita akan mengerti apa saja yang harus menjadi prioritas kita.

"Don't have negative thought or thing you can't control. Instead invest your energi in the positive present moment." -Lita-