BAB 15
Matamu, Cahayaku.....
Nama Dara Indah Cahyani dipanggil sebagai salah satu pemenang perancang busana muda berbakat dari Indonesia. Ia bahagia menerima penghargaan tersebut meski sempat tidak percaya kini telah menginjakkan kakinya di Prancis. Kebahagiaan tersendiri karena telah berhasil meraih mimpinya. Masih teringat dalam benaknya ketika Aira menitipkan matanya. Aira pasti sangat berharap dirinya mampu mewujudkan semua mimpi-mimpinya. Mimpinya yang pernah ia katakan kepada Aira. Ini matamu, Aira. Kupergunakan meraih mimpiku, ucapnya dalam hati sambil memegang matanya.
Masih teringat kejadian lima tahun yang lalu di meja operasi, tepat satu minggu setelah kepergian Aira. Dara melakukan operasi pencangkokan mata yang berasal dari mata Aira. Dalam hatinya, ia berharap semoga Aira bahagia di alam sana.
Selama operasi, kedua orang tua Aira turut menemani. Meskipun Aira sudah tidak ada, jika tiba-tiba merindukan sang putri, mereka masih bisa melihat mata Aira pada Dara. Bahkan, saat ini Dara memanggil kedua orang tua Aira dengan sebutan mama dan papa.
Lima tahun setelah kepergian Aira, Dara telah berhasil meraih mimpinya. Setelah menerima penghargaannya, ia sudah tak sabar untuk segera menginjakkan kakinya di Menara Eiffel.
"Aira, lihatlah.... Aku mampu melihat bintang dalam jarak yang dekat," gumam Dara ketika telah sampai ke puncak Menara Eiffel. "Kamu bisa merasakan dengan mata ini. Rasakanlah, Aira."
Sekembalinya ke Indonesia, Dara langsung mengunjungi makam Aira. Ia menemukan Suster Yani dan kedua orang tua Aira tengah asyik menaburkan bunga di makam Aira.
"Dara!" panggil mama Aira.
"Maaf Dara terlambat, Ma. Pesawatnya sempat delay. Tapi Dara tadi langsung kok dari bandara."
Mama Aira tidak menghiraukan keterlambatan Dara.
"Tak terasa sudah lima tahun ya, Dara."
"Iya, Ma."
"Oh ya, kami lupa menyampaikan ini. Kamu terlalu sibuk sekolah di Prancis, sih," ucap papa Aira. Ia pun meminta suster Yani untuk memberikan sebuah buku kepada Dara.
"Astaga, buku ini! Sungguh aku melupakannya."
"Ini untukmu," ucap mama Aira.
"Iya, Ma. Terima kasih."
"Tulislah cerita yang indah di buku ini, Dara," pesan mama Aira.
"Iya, Ma."
Kemudian, Dara bersimpuh dan mengucapkan terima kasih untuk cahaya barunya didepan nisan bertuliskan nama Aira Sahara.
"Ai, aku akan menulis cerita yang indah di buku ini dengan cahaya yang kamu berikan. Terima kasih telah menitipkan matamu untukku. Matamu adalah cahaya yang baru untukku........"[ ]
Kutipan Novel "Cahaya Mata" karya Agustina Ardhani Saroso,2013